Sakhsiyah
(kepribadian) terbentuk dikarenakan dua
factor. Yaitu Aqliyah (pola oikir) dan Nafsiyah (pola sikap). Sebenarnya kurang
tepat bahwa ada ungkapan kepribadian itu terbentuk karena factor bentuk fisik. Pemikiran
yang dangkal jika mengatakan hal itu karena hal itu hanya kulitnya saja atau
luarnya saja. Sebenarnya pola pikir dan pola sikap lah yang membentuk
kepribadian.
Aqliyah
adalah cara yang digunakan untuk memikirkan sesuatu, yakni cara untuk memutuskan
suatu hukum berdasarkan kaidah yang diyakini dan diimani. Jika Aqliyahnya
menyandarkan kepada akidah islam maka Aqliyahnya adalah Aqliyah islamiyah (pola
pikir islami), jika tidak seperti itu berarti Aqliyahnya merupakan Aqliyah
lain.
Sedangkan
Nafsiyah adalah cara yang digunakan
untuk memenuhi tuntutan gharizah (naluri) dan hajat al adhawiyah (kebutuhan
jasmani). Jika upaya tersebut dilandaskan pada akidah islam maka nafsiyahnya
merupakan nafsiyah islamiyah.
Untuk
menuju Sakhsiyah islamiyah Tidak cukup dengan Aqliyah Islamiyah saja, yang
intinya bias memutuskan perkara-perkara berdasarkan islam dan sesuai dengan
syara’,mengetahui halal dan haram . Tetapi nafsiyahnya untuk memenuhi tnututan
gharizah nya tidak berdasarkan aqidah islam maka orang tersebut tidak akan
melaksanakan apa yang telah dia tau. Sebaliknya ketika nafsiyahn ya saja yang
berdasarkan islam tetapi aqliyahnya bukan aqliyahnya bukan aqliyah islamiyah,
Al hasil dia semangat dalam menjalankan ibadah kepada Allah dengan kebodohan.
Missal dia beramal dengan riba, shalat di waktu yang dimkruhkan, mengikuti
system kafir dan semua itu beranggapan untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Sehingga yang dia tersesat bahkan bias menyesatkan.
Maka
dari itu pola pikir kita harus islami dan didiringi dengan pola sikap islami
terciptalah kita seseorang yang mengetahui akan hukum-hukum islam, mana yang
harus dilaksanakan dan mana yang dijauhi, yang halal dan haram. Disisi lain
pola sikap kita adalah melaksanakanya semua tanpa mengeluh kepada Allah.
Sehingaa tidak memperdulikan ketika ada celaan orang-orang , melapangkan
ditengah-tengah kesulitan semata-mata karena Allah.