Kamis, 11 Oktober 2012

KEPRIBADIAN ISLAMI (SAKHSIYAH ISLAMIYAH) ^^


Sakhsiyah (kepribadian)  terbentuk dikarenakan dua factor. Yaitu Aqliyah (pola oikir) dan Nafsiyah (pola sikap). Sebenarnya kurang tepat bahwa ada ungkapan kepribadian itu terbentuk karena factor bentuk fisik. Pemikiran yang dangkal jika mengatakan hal itu karena hal itu hanya kulitnya saja atau luarnya saja. Sebenarnya pola pikir dan pola sikap lah yang membentuk kepribadian.
Aqliyah adalah cara yang digunakan untuk memikirkan sesuatu, yakni cara untuk memutuskan suatu hukum berdasarkan kaidah yang diyakini dan diimani. Jika Aqliyahnya menyandarkan kepada akidah islam maka Aqliyahnya adalah Aqliyah islamiyah (pola pikir islami), jika tidak seperti itu berarti Aqliyahnya merupakan Aqliyah lain.
Sedangkan Nafsiyah  adalah cara yang digunakan untuk memenuhi tuntutan gharizah (naluri) dan hajat al adhawiyah (kebutuhan jasmani). Jika upaya tersebut dilandaskan pada akidah islam maka nafsiyahnya merupakan nafsiyah islamiyah.
Untuk menuju Sakhsiyah islamiyah Tidak cukup dengan Aqliyah Islamiyah saja, yang intinya bias memutuskan perkara-perkara berdasarkan islam dan sesuai dengan syara’,mengetahui halal dan haram . Tetapi nafsiyahnya untuk memenuhi tnututan gharizah nya tidak berdasarkan aqidah islam maka orang tersebut tidak akan melaksanakan apa yang telah dia tau. Sebaliknya ketika nafsiyahn ya saja yang berdasarkan islam tetapi aqliyahnya bukan aqliyahnya bukan aqliyah islamiyah, Al hasil dia semangat dalam menjalankan ibadah kepada Allah dengan kebodohan. Missal dia beramal dengan riba, shalat di waktu yang dimkruhkan, mengikuti system kafir dan semua itu beranggapan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Sehingga yang dia tersesat bahkan bias menyesatkan.
Maka dari itu pola pikir kita harus islami dan didiringi dengan pola sikap islami terciptalah kita seseorang yang mengetahui akan hukum-hukum islam, mana yang harus dilaksanakan dan mana yang dijauhi, yang halal dan haram. Disisi lain pola sikap kita adalah melaksanakanya semua tanpa mengeluh kepada Allah. Sehingaa tidak memperdulikan ketika ada celaan orang-orang , melapangkan ditengah-tengah kesulitan semata-mata karena Allah.